oleh :
Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., M.Si
Ketua Umum PERGABI
Ada satu ungkapan yang begitu dalam maknanya dan menginspirasi siapa pun yang mendengarnya: “Dimana ada sinergi, disitu ada energi. Dimana tidak ada sinergi, disitu tidak ada energi.” Kalimat ini disampaikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia dalam acara Sannipata Nusantara Umat Buddha Indonesia 2025, dan menjadi pengingat bagi kita semua bahwa hidup tidak bisa dijalani sendiri. Hidup butuh sinergi—dengan sesama manusia, dengan alam semesta, dan juga dengan Tuhan.
Sinergi adalah kerja sama yang tulus dan harmonis. Ketika dua atau lebih elemen saling mendukung dan menguatkan, di situlah muncul energi—energi positif, energi kehidupan, energi kebaikan. Sebaliknya, ketika tidak ada sinergi, maka hubungan menjadi kering, energi melemah, bahkan bisa berubah menjadi konflik, kerusakan, atau penderitaan.
Sinergi dengan Sesama Manusia
Dalam hidup sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari hubungan dengan orang lain. Kita hidup dalam keluarga, bekerja dalam tim, bermasyarakat di lingkungan yang majemuk. Ketika kita saling menghargai, membantu, dan memahami, maka tercipta keharmonisan. Energi positif pun tumbuh. Sebaliknya, ketika hanya mementingkan diri sendiri dan saling menjatuhkan, hubungan menjadi rapuh dan energi kebaikan pun sirna.
Prinsip “Aku adalah Engkau dan Engkau adalah Aku” menjadi penting. Artinya, kita memandang orang lain seperti memandang diri sendiri. Jika kita menyakiti orang lain, sama saja seperti menyakiti diri sendiri. Jika kita menolong orang lain, sebenarnya kita sedang menolong diri sendiri juga. Karena sesungguhnya, hidup ini saling terkait dan terhubung satu sama lain.
Sinergi dengan Alam Semesta
Bumi tempat kita berpijak adalah rumah bersama. Tanah, air, udara, tumbuhan, dan hewan—semuanya punya peran dan memberi kehidupan bagi kita. Jika kita bersinergi dengan alam, merawatnya, maka alam akan membalas dengan memberi kehidupan yang sehat dan sejahtera. Menanam pohon, menjaga kebersihan sungai, mengurangi sampah—itu bukan hanya tindakan lingkungan, tapi juga bentuk kepedulian pada diri sendiri.
Contoh sederhana: ketika seseorang merawat tanaman, dia tidak hanya membuat lingkungan jadi indah dan segar, tetapi juga sedang menjaga kesehatannya sendiri melalui udara bersih dan suasana tenang yang ditimbulkan. Sebaliknya, ketika seseorang membuang sampah ke kali, dia sedang mencemari air, yang mungkin suatu hari akan dia minum sendiri. Merusak alam berarti merusak diri sendiri.
Sinergi dengan Tuhan
Sinergi dengan Tuhan adalah wujud spiritualitas yang hidup. Ini bukan semata soal doa atau ibadah, tapi bagaimana kita menyelaraskan niat, pikiran, ucapan, dan tindakan dengan nilai-nilai Ketuhanan. Ketika kita hidup dengan kesadaran bahwa Ketuhanan hadir dalam segala sesuatu, kita akan lebih bijak dalam bersikap. Kita tidak akan mudah marah, tidak akan mudah serakah, karena sadar bahwa segala sesuatu saling berhubungan dan memiliki akibat.
Energi spiritual yang muncul dari sinergi dengan Tuhan akan membuat hidup kita lebih damai, lebih jernih, dan lebih bermakna. Kita tidak hanya menjalani hidup, tapi juga menghadirkan manfaat bagi sesama.
—
Menjadi Sumber Energi Kebaikan
Hidup ini seperti aliran energi. Kita bisa memilih untuk menjadi sumber energi kebaikan atau justru menjadi penghambatnya. Dengan membangun sinergi yang tulus dan saling menguatkan—dengan sesama manusia, dengan alam, dan dengan Tuhan—kita ikut menciptakan dunia yang lebih damai dan seimbang.
Mari kita renungkan bersama: dalam setiap pilihan dan tindakan kita sehari-hari, apakah kita sedang membangun sinergi atau memutusnya? Apakah kita sedang menciptakan energi kebaikan atau justru menyebarkan energi negatif?
Ingatlah, dimana ada sinergi, disitu ada energi. Dan energi itulah yang akan membawa kehidupan menuju arah yang lebih baik.
Catatan Ketum PERGABI di Sannipata Nusantara Umat Buddha Indonesia 2025 terinspirasi dari Pidato Menteri Agama RI
Sumber Gambar: https://bimasbuddha.kemenag.go.id
Semoga energi dan sinergi kita dimanapun berada membawa kebaikkan untuk diri sendiri dan orang lain…inilah pentingnya hukum sebab musabab yang saling bergantungan, jg hukum perbuatan sangat berperan sekali dalam keadilan yang alami. Terima kasih